Kamis, 27 Maret 2014

Pentingnya Tim Heritage Emergency Response

Sejak gempa bumi yang terjadi di wilayah DIY-Jawa Tengah, telah berkali dibentuk tim Heritage Emergency Response atau Tanggap Darurat Pusaka, antara lain di Padang dan Jakarta. Seperti disampaikan Bp. Ardika, "ada pusaka sejarah yang juga harus diselamatkan sewaktu bencana terjadi", maka kota/kabupaten pusaka di Indonesia yang rawan bencana semestinya memiliki tim ini.


Mantan Menteri Pariwisata Usulkan Heritage Emergency Response

I Gede Ardhika
Mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, I Gede Ardhika, mengusulkan dibentuknya Heritage Emergency Response atau satuan tugas yang mengamankan pusaka sejarah sewaktu terjadinya bencana alam. Salah satu tujuannya adalah menghindari hilangnya benda bersejarah pada saat bencana terjadi, entah rusak atau karena dijarah orang.
Hal itu dikemukakan Ardhika sewaktu menjadi pembicara dalam sosialiasi Kawasan Cagar Budaya di Kota Bandung, Selasa (13/11/2012). Usulan tersebut dia kemukakan selaku Ketua Dewan Pimpinan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia.
"Keselamatan manusia memang penting, tapi juga harus tetap mengingat bahwa ada pusaka sejarah yang juga harus diselamatkan sewaktu bencana terjadi," katanya.
Dia beralasan, sejarah dalam bentuk artefak maupun bangunan sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang tinggal di sana. Hal seperti itulah yang mengikat mereka dengan masa lalu, memberinya petunjuk mengenai asal-usul dari pendahulunya.
Masyarakat yang tidak memahami masa lalunya disebut Ardhika seperti orang yang linglung maupun kehilangan arah. (Agus Mulyadi )
Sumber : Bandung, Kompas

 

 

Rabu, 14 Oktober 2009

Semangat Pelestarian Para Pemilik Rumah Padang

Selain bangunan pusaka di Kawasan Padang Lama, kami juga melakukan Rapid Assessment bangunan pusaka di sekitar Kota Padang. Rumah-rumah tradisional yang disebut dengan rumah Padang terletak menyebar antara lain Kelurahan Koto Panjang dan Koto Tangah. Berbeda dengan rumah dari periode kolonial yang merupakan struktur batu, rumah-rumah tersebut berstruktur kayu.

Ada sekitar 4-5 rumah yang kami masih dapat temui di Kelurahan Koto Panjang dan 2-3 rumah di Koto Tangah. Menurut pak Yohannes, pemilik sebuah rumah Padang di Koto Panjang, banyak rumah sudah dibongkar. Menurutnya, rumah yang ada di sebelah juga akan dibongkar. Di rumah-rumah inilah dulu sinetron Siti Nurbaya antara lain ambil gambar.
Tidak banyak kerusakan pada rumah-rumah itu, meskipun menurutnya gempa mengguncang luar biasa rumahnya. "Terbuat dari kayu," katanya. Ia pun menunjuk jenis kayu yang digunakan yang membuat rumahnya tidak ambruk meski diguncang gempa. "Kayu keras," menurutnya.
Kerusakan terjadi pada bagian tangga yang menghubungkan ruang luar dengan teras rumah. Pada tangga yang merupakan struktur bata, ditemukan retak-retak baik pada sambungan antar dinding maupun pada ujung dinding.

Di rumah Ibu Dahnia di Koto Tangah, kami berhenti lama di dekat tangga "Rumah Gadang Bawah Pohon Mangga" mendiskusikan cara penanganan struktur bata tersebut. Obyek diskusi kami adalah kolom yang kebetulan plesteran dindingnya mengelupas. Menurut Hendra dari BP3 Batusangkar, kolom tersebut dibersihkan, kemudian diperkuat dengan tulangan sebelum diplester kembali. Yang harus ditangani tidak hanya itu, tapi termasuk pula ornamen atau profil pada ujung dinding, misalnya, yang banyak retak. Selain penanganan fisik, perlu penggambaran ulang secara mendetil supaya siapapun yang menggarap tidak lantas merubah profil tersebut ke bentuk yang lain.

Berapa kira-kira harga merehabilitasi tangga tersebut? Kami taksir 10 juta, meliputi penggambaran hingga perbaikan/perkuatan struktur ataupun elemen arsitekturalnya. Tentu saja, tidak akan sebanding dengan janji Bu Dahnia untuk terus memelihara rumah Padangnya.
"Saya tidak akan membongkar rumah ini," tegasnya.

Up-date DHRA October 13


Hingga tanggal 13 Oktober 2009, kami telah melakukan kegiatan Rapid Assessment di Kawasan Padang Lama terutama pada kawasan intinya terhadap 256 bangunan pusaka serta bangunan pusaka lain yaitu Masjid Ginting, Balai Kota Padang dan Museum Adityawarman yang merupakan pusaka tak ternilai di Kota Padang. Hasil Rapid Assessment kami menunjukkan sejumlah 75 bangunan di antaranya rusak berat, 50 bangunan rusak sedang, 21 bangunan rusak ringat dan 10 bangunan tidak mengalami kerusakan. Masjid Ganting mengalami kerusakan cukup berat, Balai Kota serta Museum Adityawarman mengalami rusak ringan. Selain kerusakan pada bangunan, ditemukan juga kerusakan pada koleksi Museum Adityawarman. Sekitar 300 buah keramik kuno hancur akibat almari pajang di ruang penyimpanan museum itu jatuh ketika gempa terjadi.

Bagi yang ingin mengetahui informasi lebih lanjut atau terlibat, dapat menghubungi Jonny Wongso (08126767125) atau Punto Wijayanto (08122742725). Posko Pusaka Sumbar saat ini di Gedung Bank Indonesia Muaro di Jl. Batang Arau.

Senin, 12 Oktober 2009

Meet the team

Tim Damage Heritage Rapid Assessment Terbentuk

Dengan duduk santai tapi serius di Universitas Bung Hatta, sekelompok relawan dari Padang, Aceh dan Jogja akhirnya sepakat untuk membentuk tim Damage Heritage Rapid Assessment atau DHRA. Tim ini merupakan bagian dari tim Heritage Emergency Response yang dibentuk oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) sebagai tindakan terhadap dampak yang diakibatkan oleh gempa Padang tanggal 30 September 2009 lalu.
















Pembentukan tim DHRA terdiri dari 6 relawan yang berasal dari UBH, 2 relawan dari Aceh Heritage Community serta 2 relawan yang datang dari Jogja, yaitu dari Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM dan Jogja Heritage Society (JHS). Meski demikian, tim ini terbuka untuk dimasuki relawan manapun yang akan dapat menjamin keberlanjutan hingga

tujuan menyelamatkan pusaka Padang dan juga Sumatera Barat umumnya dapat tercapai. Sejauh ini beberapa anggota IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) Sumatera Barat yang juga hadir menyampaikan komitmen untuk mendukung kegiatan ini. Dan kabarnya BP3 Batu sangkar juga akan bergabung.

Tim ini akan diarahkan oleh Pak Jonny Wongso (UBH) yang telah memiliki pengalaman lapangan di Padang Lama sejak tahun 2005. Dalam catatan inventorinya, ada sekitar 250-an bangunan pusaka terdiri dari gudang, rumah toko maupun rumah peribadatan seperti kelenteng.















KBI Padang yang sukses meluncurkan Landau Kafe di bekas eks de Javasche Bank telah menawarkan Gedung BI Muaro tersebut menjadi posko DHRA. Rencananya, tim akan mulai memakainya Minggu (11/10) ketika melakukan Rapid Assessment di daerah Padang Lama.